Parenting: Is Helping Really Helping?


These couple of weeks,saya merasa mendapatkan semacam real life parenting class. Which are inspiring and worrying at the same time…

Parenting class ini diawali dengan adanya rekan kerja yang “diteror” oleh seorang orang tua mahasiswa. Orang tua ini marah-marah via sms dan telpon, menyatakan bahwa rekan saya tersebut telah berlaku tidak adil kepada anaknya. Saya tidak mempermasalahkan kenapa sampai si orang tua ini sampai berfikiran bahwa rekan saya sudah berlaku tidak adil terhadap anaknya. Yang menjadi masalah disini adalah reaksinya terhadap pemikiran tersebut. Other than kenyataan bahwa rekan saya tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan duduk permasalahannya ya… (well, It seems like she just want to vent her anger to someone, and somehow not solve the problem itself.) Menurut saya memutuskan untuk ikut campur pada permasalahan yang seharusnya bisa dihadapi dan diatasi oleh anaknya itulah yang definitely a wrong choice as a parent… 

Several days after that incident, saya berkesempatan untuk membahas materi perkuliahan bersama seorang rekan lainnya. Dan saya agak tertegun mendengar saran dari beliau mengenai salah satu aktivitas di kelas, which more or less sounds like: “Buatin aja tabelnya, print dan bagiin. Jadi mereka tinggal isi aja. Biar cepet selesai n cepet pulang…” Setelah percakapan itu saya jadi merenung, is that really an appropriate way to educate students? Apakah pekerjaan sesederhana membuat sendiri appropriate table untuk persoalan yang berusaha mereka pecahkan tidak diperlukan oleh mahasiswa? (Whiii… sok idealis… 😜)

Kejadian terakhir dari rangkaian real life lesson ini terjadi tepat pada hari yang sama setelah saya berdiskusi dengan rekan saya tersebut. Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya mempir ke toserba yogya untuk membeli beberapa kebutuhan rumah. Ketika hendak membayar, tampak seorang “office boy” dari kantor sedang mengantri di depan saya. Beliau tampak memegang sekantong beras ukuran 5kg. Bukan ingin meremehkan status sosialnya ya, tapi karena kenyataan seorang “office boy” membeli beras di supermarket itu menurut saya aneh, saya pun bertanya beliau membeli beras untuk siapa. Ternyata beras tersebut dibeli untuk anak bapak X (seorang rekan lainnya di kampus) yang saat ini sedang tinggal di asrama kampus. I was like “whaaaat?? What happen to all parents in this world??” (I know, it’s hyperbolic… 😂) 

Pengalaman ini membuat saya bercermin pada diri sendiri. Apakah saya tanpa sadar telah melakukan hal yang sama? What will happen to the next generation because of this parentjng style? Sampai sejauh mana seharusnya orang tua membantu anaknya? Bagaimana cara yang tepat membantu dan sekaligus juga mendidik anak? I guess, in the end, the answer lies on what values we hold dear, and how we sees our children are…

Don’t handicap your children by making their lives easy. – Robert A. Heinlein

I think that the best thing we can do for our children is to allow them to do things for themselves, allow them to be strong, allow them to experience life on their own terms, allow them to take the subway… let them be better people, let them believe more in themselves. – C. JoyBell C.

,

One response to “Parenting: Is Helping Really Helping?”

Leave a Reply