Class Security


“…abis kak, klo dia ga tau kita dimarahi. Ditanya ini itu juga dimarahi. Bilangnya, liat aja dibuku…” 

Begitu kira-kira ucapan seorang mahasiswaku mengenai tutor lain, yang tentu saja juga temanku, disuatu hari seusai tutorial matakuliah economy. Sebenarnya banyak hal yang mereka kemukakan saat itu, namun sebagian besar kupikir karena sikap mental anak-anak SBM sendiri yang kurang mandiri. Saat itu aku tidak banyak memikirkan permasalahan ini dan tentu saja tidak berkomentar apa-apa. (apalagi menyampaikan keluhan-keluhan mereka pada temanku itu. rasanya kurang etis… :p) Namun, ketika minggu kemaren aku mengikuti sebuah workshop tentang pengajaran, aku jadi teringat kembali dengan keluhan-keluhan itu. 

Pada workshop itu dikatakan bahwa seorang pengajar itu tugasnya bukanlah mengajarkan sesuatu didepan kelas dan menyampaikan hal-hal membosankan tentang apa yang diajarkannya, namun, memberikan suatu kondisi yang kondusif bagi anak didiknya untuk dapat belajar dengan baik. Kupikir, secara teoritis hal ini mudah saja diucapkan, pelaksanaannya lain cerita… Paling tidak saat itu aku tahu ideal proses pengajaran itu seperti apa. Selain itu pada workshop itu juga disebutkan, bahwa yang dbutuhkan oleh students itu adalah:

  • Motivation
  • Success
  • Fun
  • Socialization
  • Interest
  • Confidence
  • New things
  • Security
Yang menurutku sangat berhubungan dengan permasalahan sebelumnya adalah security. Pada kondisi rekanku tersebut sepertinya memang mahasiswa menjadi tidak merasa aman untuk melakukan kesalahan, maupun bertanya… karena mereka tampak “ketakutan” untuk dimarahi. Kondisi ini mengakibatkan tingkat “ketidaksukaan” mahasiswa terhadap pengajar, yang berbanding lurus dengan tingkat “ketidaksukaan” terhadap materi matakuliah itu sendiri, menjadi meningkat. Kupikir itu merupakan failure  seorang pengajar.

Seharusnya passion seorang pengajar adalah memberikan ruang gerak bagi mahasiswa untuk mengasah pemikirannya sehingga dia bisa “mencintai” apa yang diajarkan oleh si pengajar tersebut. That’s what the only thing, I think, matters…

Kemudian, ketika iseng menonton video-video mengenai irrationality in decision making, aku menemukan video ini:

Video ini merupakan video pertemuan pertama Dan Ariely dalam mengajar behavioral economics di Fuqua School of Business… Bemulai kelasnya dengan menampilkan sebuah slide penuh tulisan yang sebenarnya utter nonsense, hanya random words yang digabungkan menjadi kalimat dan paragraf. Namun, tidak ada diantara mahasiswanya yang berkomentar. Beliau mengatakan bahwa dikelas tersebut telah terjadi PLURALISTIC IGNORANCE. Secara gampangnya, relevan dengan apa yang dilakukan oleh Ariely pada video ini, pluralistic ignorance adalah kondisi dimana sekelompok orang mengabaikan (atau tidak melakukan apa-apa terhadap) sesuatu yang SEBENARNYA mereka anggap SALAH, hanya karena merasa bahwa hanya diri mereka sendiri yang merasa demikian. Dengan kata lain, ketika seorang mahasiswa melihat bahwa teman-temannya tidak bereaksi terhadap that’s utter nonsense, dia langsung berfikir, “mungkin gue yang bego ya, ga ngerti ini ngomongin apa…” (yah kurang lebih demikianlah ^^)

Pada dasarnya dalam kondisi pluralistic ignorance ini, seseorang tidak melakukan apa-apa karena mereka ingin berada pada posisi yang sama dengan mayoritas lingkungannya. Biasanya karena takut atau merasa terancam. Namun bisa juga karena merasa bahwa akan ada orang lain yang bertindak terhadap “ketidak-adilan” (halah…) atau kesalahan yang terjadi pada saat itu. Contoh yang paling mudah dilihat mungkin pada perilaku membuang sampah. Ditempat dengan banyak sampah bertebaran, orang akan cenderung ikut membuang sampah disana dengan anggapan akan ada orang lain yang membersihkannya.

Terkait dengan perasaan aman tadi, Ariely meng-encourage mahasiswanya untuk mengabaikan perasaan bahwa dialah satu-satunya yang tidak mengerti dan mulailah bertanya. Jadi, sangatlah penting menciptakan kondisi yang aman untuk bertanya dan benar-benar mendorong  mahasiswa untuk merasa aman dengan menyampaikan hal yang seperti dilakukan bapak Dan Ariely ini ketika kita pengajar pertama kali berkomunikasi dengan yang diajar… 

Sekian dari orang yang masih terus berusaha belajar…
nb. reblog with minor revision… ^^

Leave a Reply